Rabu, 21 Desember 2011

edited by me






photography by me

model : Andriani Cita Rastanti
lokasi : taman depan gedung baru FIA UB

 model : Laili Khuriyah
lokasi : taman depan gedung baru FIA UB

 model : Rilla Westiarsi
lokasi : taman depang gedung baru FIA UB


model : Ida fauziyah,Laili khuriyah,Andriani Cita Rastanti
lokasi : taman depan gedung baru FIA UB


me

photograph by me

Kamis, 08 Desember 2011

metpen ~ teknik pengumpulan data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara.
Bila dilihat dari setting-nya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah, pada laboratorium dengan metode eksperimen, di rumah dengan berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi, di jalan dan lain-lain.
Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sedangkan, sumber sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.
Bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi, dan gabungan keempatnya.
Terdapat empat macam teknik pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara, dokumentasi, dan gabungan/triangulasi.
1.         Pengumpulan data dengan observasi
a.       Macam – macam observasi
·      Observasi partisipatif
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari – hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.
Observasi ini digolongkan menjadi empat yaitu:
Ø  Partisipasi pasif (passive partisipation): artinya penelitian hadir di tempat kejadian tetapi tidak berinteraksi atau berpartisipasi.
Ø  Partisipasi moderat (moderate participation): artinya bahwa peneliti mempertahankan keseimbangan antara menjadi insider dan menjadi di luar.
Ø  Partisipasi aktif (Active partisipation): artinya  bahwa peneliti umumnya melakukan apa yang orang lain dalam pengaturanmelakukan.
Ø  Partisipasi lengkap (complete partisipation): artinya bahwa peneliti adalah peserta alami. ini adalah tingkat tertinggi keterlibatan.

·      Observasi terus terang atau tersamar
Dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan.
·      Observasi tak berstruktur
Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu – rambu pengamatan.

b.      Manfaat Observasi
Menurut Patton dalam Nasution (1988), dinyatakan bahwa manfaat observasi adalah sebagai berikut:
·         Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh.
·         Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya.
·         Dengan observasi, peneliti dapat melihat hal – hal yang kurang atau tidak diamati orang lain, khusunya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap “biasa” dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara.
·         Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal – hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.
·         Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal – hal yang di luar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.
·         Melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan daya yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan – kesan pribadi, dan merasakan suasana situasi sosial yang diteliti.

c.       Obyek Observasi
Obyek penelitian dalam penelitian kualitatif yang diobservasi menurut Spradley dinamakan situasi sosial, yang terdiri atas tiga komponen yaitu:
·         Place, atau tempat di mana interaksi dalam situasi sosial sedang berlangsung.
·         Actor, pelaku atau orang – orang yang sedang memainkan peran tertentu.
·         Activity atau kegiatan yang dilakukan oleh actor dalam situasi sosial yang sedang berlangsung.
Tiga elemen utama tersebut, dapat diperluas, sehingga apa yang dapat kita amati adalah:
·         Space: the physical place, ruang dalam aspek fisiknya
·         Actor: the people involve, yaitu semua orang yang terlibat dalam situasi sosial.
·         Activity: a set of related acts people do, yaitu seperangkat kegiatan yang dilakukan orang.
·         Object: the physical things that are present, yaitu benda – benda yang terdapat di tempat itu
·         Act: single actions that people do, yaitu perbuatan atau tindakan – tindakan tertentu.
·         Event: a set of related activities that people carry out, yaitu rangkaian aktivitas yang dikerjakan orang – orang.
·         Time: the sequencing that takes place over time, yaitu urutan kegiatan.
·         Goal: the things people are trying to accomplish, yaitu tujuan yang ingin dicapai orang – orang.
·         Feeling: the emotion felt and expressed, yaitu emosi yang dirasakan dan diekspresikan oleh orang – orang.

d.      Tahap Observasi
Menurut Spradley (1980) tahap observasi dibagi menjadi tiga yaitu:
·         Observasi Deskriptif
Observasi deskriptif dilakukan peneliti pada saat memasuki situasi social tertentu sebagai obyek penelitian. Pada tahap ini peneliti belum membawa masalah yang akan diteliti, maka peneliti akan melakukan penjelajah umum, dan menyeluruh, melakukan deskripsi terhadap semua yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Semua data direkam, oleh karena itu hasil dari observasi ini disimpulkan dalam keadaan yang belum tertata. Observasi tahap ini sering disebut sebagai grand tour observation, dan peneliti menghasilkan kesimpulan pertama. Bila dilihat dari segi analisis maka peneliti melakukan analisis domain, sehingga mampu mendeskripsikan terhadap semua yang ditemui.
·         Observasi Terfokus
Pada tahap ini penelti sudah melakukan mini tour observation, yaitu suatu observasi yang telah dipersempit untuk difokuskan pada aspek tertentu. Observasi ini juga dinamakan observasi terfokus, karena pada tahap ini peneliti melakukan analisis taksonomi sehingga dapat menemukan fokus. Bila dilihat dari segi analisis data, maka pada tahap ini peneliti telah melakukan analisis taksonomi, yang selanjutnya menghasilkan kesimulan 2.
·         Observasi Terseleksi
Pada tahap observasi ini peneliti telah menguraikan fokus yang ditemukan sehingga datanya lebih rinci. Dengan melakukan analisis komponensial terhadap fokus, maka pada tahap ini peneliti telah menemukan karakteristik, kontras-kontras/perbedaan dan kesamaan antar kategori, serta menemukan hubungan antara satu kategori dengan kategori lain. Pada tahap ini diharapkan peneliti telah dapat menemukan pemahaman yang mendalam atau hipotesis.

1.         Pengumpulan Data dengan Wawancara/Interview
Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan  makna dalam suatu topic tertentu.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan atau keyakinan pribadi.
    Macam – macam Interview/Wawancara:
a.       Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi yang akan diperoleh. Dengan wawancara terstruktur ini seetiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya. Dengan wawancara terstruktur ini pula, pengumpulan data dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data, maka diperlukan training kepada calon pewawancara.
b.      Wawancara SemiTerstruktur
Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dept interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.
c.       Wawancara tak Berstruktur
Wawancara tak berstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya,
Wawancara tak berstruktur atau terbuka, sering digunakan dalam penelitian pendahuluan atau malahan untuk penelitian yang lebih mendalam tentang subyek yang diteliti.
Dalam wawancara tidak berstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden.

    Langkah – langkah wawancara
Lincoln dan Guba dalam Sanapiah Faisal, mengemukakan ada tujuh langkah dalam penggunaan wawancara untuk menngumpulkan data dalam penelitian yaitu:
a.       Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan.
b.      Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan.
c.       Membuka atau mengawali alur wawancara.
d.      Melangsungkan alur wawancara.
e.       Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya.
f.       Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan
g.      Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.

    Jenis – jenis Pertanyaan dalam wawancara
Patton dalam Molleong (2002) menggolongkan enam jenis pertanyaan yang saling berkaitan yaitu:
a.       Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman
Pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan pengalaman yang telah dialami oleh informan atau subyek yang diteliti dalam hidupnya. Hasil dari wawancara ini, selanjutnya peneliti dapat mengkonstruksi profil kehidupan seseorang sejak lahir sampai akhir hayatnya.
b.      Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat
Ada kalanya peneliti ingin meminta pendapat kepada informan terhadap data yang diperoleh dari sumber data tertentu. Oleh karena itu peneliti pertanyaan yang dilontarkan kepada informan berkenaan dengan pendapatnya tentang data tersebut.
c.       Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan
Mendapatkan data tentang perasaan orang yang sifatnya afektif lebih sulit dibandingkan mendapatkan data yang sifatnya kognitif atau psikhomotorik. Namun demikian perasaan orang yang sedang susah atau senang dapat terlihat dari ekspresi wajahnya. Oleh karena itu pertanyaan yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan seseorang menggunakan pertanyaan tidak langsung.
d.      Pertanyaan tentang pengetahuan
Pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan pengetahuan informan suatu kasus atau peristiwa yang mungkin diketahui. Mereka ini dipilih menjadi narasumber karena diduga ia ikut terlibat dalam peristiwa tersebut.  
e.       Pertanyaan yang berkenaan dengan indera
Pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan data atau informasi karena yang bersangutan melihat, mendengarkan, meraba dan mencium suatu peristiwa.
f.       Pertanyaan berkaitan dengan latar belakang atau demografi
Pertanyaan ini digunakan untuk mengungkapkan latar belakang subyek yang dipelajari yang meliputi status social ekonomi, latar belakang pendidikan, asal usul, tempat lahir, usia, pekerjaan, dan lain-lain.



 Alat – alat Wawancara:
Supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik, dan peneliti memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada informan atau sumber data, maka diperlukan bantuan alat-alat sebagai berikut:
a.       Buku catatan
Berfungsi: untuk mencatat semua percakapan dengan sumber data.
b.      Tape recorder
Berfungsi: untuk merekam semua percakapan atau pembicaraan.
c.       Camera
Untuk memotret kalau peneliti sedang melakukan pembicaraan dengan informan/sumber data.

 Mencatat Hasil Wawancara
Hasil wawancara segera harus dicatat setelah selelsai melakukan wawancara agar tidak lupa bahkan hilang. Karena wawancara dilakukan secara terbuka dan tidak berstruktur, maka peneliti perlu membuat rangkuman yang lebih sistematis terhadap hasil wawancara. Dari berbagai sumber data, perlu dicatat mana data yang dianggap penting, yang tidak penting, data yang sama dikelompokkan. Hubungan satu data dengan data yang lain perlu dikonstruksikan, sehingga menghasilkan pola dan makna tertentu. Data yang masih diragukanperlu ditanyakan kembali kepada narasumber data lama atau yang baru agar memperoleh ketuntasan dan kepastian.


1.         Teknik Pengumpulan Data dengan Dokumen
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.
Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih kredibel/dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan di masa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat, dan autobiografi. Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada. Tetapi perlu dicermati bahwa tidak semua dokumen memiliki kredibiltas yang tinggi.

2.      Triangulasi
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.
Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.
Tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.
Nilai dari teknik pengumpulan data dengan triangulasi adalah untuk mengetahui data yang diperoleh convergent (meluas), tidak konsisten atau kontradiksi. Oleh karena itu dengan menggunakan teknik triangulasi dalam teknik pengumpulan data, maka data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti. Dengan triangulasi akan lebih meningkatkan kekuatan data bila dibandingkan dengan suatu pendekatan.