Minggu, 25 Desember 2011
Rabu, 21 Desember 2011
model : Andriani Cita Rastanti
lokasi : taman depan gedung baru FIA UB
model : Laili Khuriyah
lokasi : taman depan gedung baru FIA UB
model : Rilla Westiarsi
lokasi : taman depang gedung baru FIA UB
model : Ida fauziyah,Laili khuriyah,Andriani Cita Rastanti
lokasi : taman depan gedung baru FIA UB
me
photograph by me
Selasa, 13 Desember 2011
Sabtu, 10 Desember 2011
Jumat, 09 Desember 2011
Kamis, 08 Desember 2011
metpen ~ teknik pengumpulan data
Teknik
pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian,
karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Pengumpulan data
dapat dilakukan dalam berbagai setting,
berbagai sumber, dan berbagai cara.
Bila
dilihat dari setting-nya, data dapat
dikumpulkan pada setting alamiah, pada laboratorium dengan metode eksperimen,
di rumah dengan berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi, di jalan dan
lain-lain.
Bila
dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data. Sedangkan, sumber sekunder adalah sumber
yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang
lain atau lewat dokumen.
Bila
dilihat dari segi cara atau teknik
pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi
(pengamatan), interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi, dan
gabungan keempatnya.
Terdapat
empat macam teknik pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara, dokumentasi,
dan gabungan/triangulasi.
1.
Pengumpulan
data dengan observasi
a. Macam
– macam observasi
· Observasi
partisipatif
Dalam observasi ini, peneliti terlibat
dengan kegiatan sehari – hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan
sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut
melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka
dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih
lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku
yang nampak.
Observasi ini digolongkan menjadi empat
yaitu:
Ø
Partisipasi pasif (passive partisipation):
artinya penelitian hadir di tempat kejadian tetapi tidak berinteraksi atau
berpartisipasi.
Ø
Partisipasi moderat (moderate
participation): artinya bahwa peneliti mempertahankan keseimbangan antara menjadi insider dan menjadi di luar.
Ø
Partisipasi aktif (Active
partisipation): artinya bahwa peneliti umumnya melakukan apa yang orang lain dalam pengaturanmelakukan.
Ø Partisipasi
lengkap (complete partisipation): artinya bahwa peneliti adalah peserta alami. ini adalah tingkat tertinggi keterlibatan.
· Observasi
terus terang atau tersamar
Dalam hal ini, peneliti dalam melakukan
pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang
melakukan penelitian. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang
atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang
dicari merupakan data yang masih dirahasiakan.
· Observasi
tak berstruktur
Observasi tidak terstruktur adalah
observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang
diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang
apa yang diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan
instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu – rambu pengamatan.
b. Manfaat
Observasi
Menurut Patton dalam Nasution (1988),
dinyatakan bahwa manfaat observasi adalah sebagai berikut:
·
Dengan observasi di lapangan peneliti
akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi
akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh.
·
Dengan observasi maka akan diperoleh
pengalaman langsung, sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan
induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya.
·
Dengan observasi, peneliti dapat melihat
hal – hal yang kurang atau tidak diamati orang lain, khusunya orang yang berada
dalam lingkungan itu, karena telah dianggap “biasa” dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara.
·
Dengan observasi, peneliti dapat
menemukan hal – hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam
wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan
nama lembaga.
·
Dengan observasi, peneliti dapat
menemukan hal – hal yang di luar persepsi responden, sehingga peneliti
memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.
·
Melalui pengamatan di lapangan, peneliti
tidak hanya mengumpulkan daya yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan – kesan
pribadi, dan merasakan suasana situasi sosial yang diteliti.
c. Obyek
Observasi
Obyek penelitian dalam penelitian kualitatif
yang diobservasi menurut Spradley dinamakan situasi sosial, yang terdiri atas
tiga komponen yaitu:
·
Place,
atau tempat di mana interaksi dalam situasi sosial sedang berlangsung.
·
Actor,
pelaku atau orang – orang yang sedang memainkan peran tertentu.
·
Activity
atau kegiatan yang dilakukan oleh actor dalam situasi sosial yang sedang
berlangsung.
Tiga
elemen utama tersebut, dapat diperluas, sehingga apa yang dapat kita amati
adalah:
·
Space:
the physical place, ruang dalam aspek fisiknya
·
Actor:
the people involve, yaitu semua orang yang terlibat dalam
situasi sosial.
·
Activity:
a set of related acts people do, yaitu seperangkat
kegiatan yang dilakukan orang.
·
Object:
the physical things that are present, yaitu benda – benda
yang terdapat di tempat itu
·
Act:
single actions that people do, yaitu perbuatan atau
tindakan – tindakan tertentu.
·
Event:
a set of related activities that people carry out,
yaitu rangkaian aktivitas yang dikerjakan orang – orang.
·
Time:
the sequencing that takes place over time, yaitu urutan
kegiatan.
·
Goal:
the things people are trying to accomplish, yaitu tujuan
yang ingin dicapai orang – orang.
·
Feeling:
the emotion felt and expressed, yaitu emosi yang
dirasakan dan diekspresikan oleh orang – orang.
d. Tahap
Observasi
Menurut Spradley (1980) tahap observasi
dibagi menjadi tiga yaitu:
·
Observasi Deskriptif
Observasi deskriptif dilakukan peneliti
pada saat memasuki situasi social tertentu sebagai obyek penelitian. Pada tahap
ini peneliti belum membawa masalah yang akan diteliti, maka peneliti akan
melakukan penjelajah umum, dan menyeluruh, melakukan deskripsi terhadap semua
yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Semua data direkam, oleh karena itu
hasil dari observasi ini disimpulkan dalam keadaan yang belum tertata. Observasi
tahap ini sering disebut sebagai grand
tour observation, dan peneliti menghasilkan kesimpulan pertama. Bila
dilihat dari segi analisis maka peneliti melakukan analisis domain, sehingga
mampu mendeskripsikan terhadap semua yang ditemui.
·
Observasi Terfokus
Pada tahap ini penelti sudah melakukan mini tour observation, yaitu suatu
observasi yang telah dipersempit untuk difokuskan pada aspek tertentu. Observasi
ini juga dinamakan observasi terfokus, karena pada tahap ini peneliti melakukan
analisis taksonomi sehingga dapat menemukan fokus. Bila dilihat dari segi
analisis data, maka pada tahap ini peneliti telah melakukan analisis taksonomi,
yang selanjutnya menghasilkan kesimulan 2.
·
Observasi Terseleksi
Pada tahap observasi ini peneliti telah menguraikan fokus
yang ditemukan sehingga datanya lebih rinci. Dengan melakukan analisis
komponensial terhadap fokus, maka pada tahap ini peneliti telah menemukan
karakteristik, kontras-kontras/perbedaan dan kesamaan antar kategori, serta
menemukan hubungan antara satu kategori dengan kategori lain. Pada tahap ini
diharapkan peneliti telah dapat menemukan pemahaman yang mendalam atau
hipotesis.
1.
Pengumpulan
Data dengan Wawancara/Interview
Wawancara adalah merupakan pertemuan dua
orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topic
tertentu.
Wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data
ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada
pengetahuan atau keyakinan pribadi.
→ Macam
– macam Interview/Wawancara:
a. Wawancara
Terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai
teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui
dengan pasti tentang informasi yang akan diperoleh. Dengan wawancara
terstruktur ini seetiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul
data mencatatnya. Dengan wawancara terstruktur ini pula, pengumpulan data dapat
menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data, maka diperlukan
training kepada calon pewawancara.
b. Wawancara
SemiTerstruktur
Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam
kategori in-dept interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila
dibandingkan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah
untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak
wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti
perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh
informan.
c. Wawancara
tak Berstruktur
Wawancara tak berstruktur adalah
wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya,
Wawancara tak berstruktur atau terbuka,
sering digunakan dalam penelitian pendahuluan atau malahan untuk penelitian
yang lebih mendalam tentang subyek yang diteliti.
Dalam wawancara tidak berstruktur,
peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga
peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden.
→ Langkah
– langkah wawancara
Lincoln dan Guba dalam Sanapiah Faisal,
mengemukakan ada tujuh langkah dalam penggunaan wawancara untuk menngumpulkan
data dalam penelitian yaitu:
a. Menetapkan
kepada siapa wawancara itu akan dilakukan.
b. Menyiapkan
pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan.
c. Membuka
atau mengawali alur wawancara.
d. Melangsungkan
alur wawancara.
e. Mengkonfirmasikan
ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya.
f. Menuliskan
hasil wawancara ke dalam catatan lapangan
g. Mengidentifikasi
tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.
→ Jenis
– jenis Pertanyaan dalam wawancara
Patton dalam Molleong (2002)
menggolongkan enam jenis pertanyaan yang saling berkaitan yaitu:
a. Pertanyaan
yang berkaitan dengan pengalaman
Pertanyaan ini digunakan untuk
mengungkapkan pengalaman yang telah dialami oleh informan atau subyek yang
diteliti dalam hidupnya. Hasil dari wawancara ini, selanjutnya peneliti dapat
mengkonstruksi profil kehidupan seseorang sejak lahir sampai akhir hayatnya.
b. Pertanyaan
yang berkaitan dengan pendapat
Ada kalanya peneliti ingin meminta
pendapat kepada informan terhadap data yang diperoleh dari sumber data
tertentu. Oleh karena itu peneliti pertanyaan yang dilontarkan kepada informan
berkenaan dengan pendapatnya tentang data tersebut.
c. Pertanyaan
yang berkaitan dengan perasaan
Mendapatkan data tentang perasaan orang
yang sifatnya afektif lebih sulit dibandingkan mendapatkan data yang sifatnya
kognitif atau psikhomotorik. Namun demikian perasaan orang yang sedang susah
atau senang dapat terlihat dari ekspresi wajahnya. Oleh karena itu pertanyaan
yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan seseorang menggunakan pertanyaan
tidak langsung.
d. Pertanyaan
tentang pengetahuan
Pertanyaan ini digunakan untuk
mengungkapkan pengetahuan informan suatu kasus atau peristiwa yang mungkin
diketahui. Mereka ini dipilih menjadi narasumber karena diduga ia ikut terlibat
dalam peristiwa tersebut.
e. Pertanyaan
yang berkenaan dengan indera
Pertanyaan ini digunakan untuk
mengungkapkan data atau informasi karena yang bersangutan melihat,
mendengarkan, meraba dan mencium suatu peristiwa.
f. Pertanyaan
berkaitan dengan latar belakang atau demografi
Pertanyaan ini digunakan untuk
mengungkapkan latar belakang subyek yang dipelajari yang meliputi status social
ekonomi, latar belakang pendidikan, asal usul, tempat lahir, usia, pekerjaan,
dan lain-lain.
→ Alat – alat Wawancara:
Supaya hasil wawancara
dapat terekam dengan baik, dan peneliti memiliki bukti telah melakukan
wawancara kepada informan atau sumber data, maka diperlukan bantuan alat-alat
sebagai berikut:
a.
Buku catatan
Berfungsi: untuk
mencatat semua percakapan dengan sumber data.
b.
Tape recorder
Berfungsi: untuk merekam semua
percakapan atau pembicaraan.
c.
Camera
Untuk memotret kalau
peneliti sedang melakukan pembicaraan dengan informan/sumber data.
→ Mencatat Hasil Wawancara
Hasil wawancara segera harus
dicatat setelah selelsai melakukan wawancara agar tidak lupa bahkan hilang. Karena
wawancara dilakukan secara terbuka dan tidak berstruktur, maka peneliti perlu
membuat rangkuman yang lebih sistematis terhadap hasil wawancara. Dari berbagai
sumber data, perlu dicatat mana data yang dianggap penting, yang tidak penting,
data yang sama dikelompokkan. Hubungan satu data dengan data yang lain perlu
dikonstruksikan, sehingga menghasilkan pola dan makna tertentu. Data yang masih
diragukanperlu ditanyakan kembali kepada narasumber data lama atau yang baru
agar memperoleh ketuntasan dan kepastian.
1.
Teknik
Pengumpulan Data dengan Dokumen
Dokumen merupakan
catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar
atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan
misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, cerita, biografi, peraturan,
kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa
dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat
berupa gambar, patung, film dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap
dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.
Hasil penelitian dari
observasi atau wawancara, akan lebih kredibel/dapat dipercaya kalau didukung
oleh sejarah pribadi kehidupan di masa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di
masyarakat, dan autobiografi. Hasil penelitian juga akan semakin kredibel
apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah
ada. Tetapi perlu dicermati bahwa tidak semua dokumen memiliki kredibiltas yang
tinggi.
2. Triangulasi
Dalam teknik
pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang
bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data
yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi,
maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas
data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data
dan berbagai sumber data.
Triangulasi teknik, berarti
peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk
mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi
partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama
secara serempak. Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber
yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.
Tujuan dari triangulasi
bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada
peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.
Nilai dari teknik
pengumpulan data dengan triangulasi adalah untuk mengetahui data yang diperoleh
convergent (meluas), tidak konsisten
atau kontradiksi. Oleh karena itu dengan menggunakan teknik triangulasi dalam
teknik pengumpulan data, maka data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas
dan pasti. Dengan triangulasi akan lebih meningkatkan kekuatan data bila
dibandingkan dengan suatu pendekatan.
Langganan:
Postingan (Atom)